Kamis, 23 Juni 2011

Kerapuhan Ekonomi

Oleh: Muhammad Dayyan

Kegiatan kita dalam memenuhi kebutuhan hidup cenderung mengedepankan nafsu yang hanya fokus pada peningkatan kepuasan material. Nilai-nilai spritualitas dan etika dalam mencari nafkah cenderung kita abaikan. Tidak heran keserakahan dan brutalitas dalam kehidupan menjadi sesuatu yang lazim kita temui. Penipuan, pemalsuan, pengkhianatan dan ekploitasi pekerja sering menjadi strategi dalam memburu keuntungan. Termasuk menerima imbalan dari masyarakat oleh pegawai pemerintah dalam setiap pelayanan public, lebih-lebih melakukan mark up proyek, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang untuk memperkaya diri dan keluarga.

Inilah prinsip kebebasan untuk meraih kekayaan yang sangat rancu dalam proses distribusi pendapatan dan kekayaan. Para pemilik modal sering mengekploitasi  kelompok pekerja, petani, dan nelayan untuk kepentingannya. Bekerja seharian sampai tua tidak mampu mengubah nasib bahkan  sulit mengakses kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak-anaknya. Sementara pemilik modal dengan leluasa menambah rumah, mobil dan lahan baru. Inilah kesenjangan yang sangat nyata. Demikian pula prilaku para pejabat Negara yang terus memperkaya diri diatas penderitaan rakyat. Proyek-proyek pembangunan hanya berorientasi pada bagi-bagi fee dikalangan pejabat dan mengabaikan kebutuhan dasar rakyat. 

Hidup seakan hanya untuk memenuhi keinginanan yang tak terbatas dengan prinsip kebabasan individu. Persaingan secara bebas dalam mendapatkan sumber-sumber ekonomi telah mendorong pada prilaku perampasan dan pengabaian hak-hak  orang lain dalam memperoleh kekayaan. Maka kita melihat dalam realitas beberapa orang berhasil menguasai sumber ekonomi akan sangat possessive. Yaitu sikap yang merasa memiliki yang berlebihan dan selalu ketakutan akan ada pihak lain mengambil hartanya. 

Timbulah kekikiran, kebakhilan, ketamakan, keserakahan dan kesombongan. Inilah penyakit yang merapuhkan ekonomi yang merusak terhadap tatanan masyarakat dengan lahirnya aksi-aksi kriminalitas seperti perampokan, pencurian, penggelapan. Sebagian lain terperangkap dalam kegiatan ekonomi yang tercela seperti pelacuran, perjudian, perdagangan barang-barang haram  lainnya.

Dalam sejarah kelam perekonomian, cerita prilaku ekonomi kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib bisa menjadi renungan kita. Mereka dikisahkan sebagai kaum yang senang berdagang dengan cara yang sangat kapitalistik dimana kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan perkhianatan dalam hubungan dagang seperti pemalsuan barang, kecurangan dalam takaran dan timbangan menjadi ciri yang sudah sebatin dengan diri mereka. Para pedagang dan petani kecil selalu menjadi korban permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.

Mereka menolak seruan Nabi Allah Syu'aib untuk berdagang secara jujur  dan prinsip-prinsip keadilan yang diperintahkan Allah, maka diturunkanlah atas mereka azab yang sangat mengerikan berupa krisis ekonomi dan pemanasan hawa udara yang sangat dahsyat sehingga mengeringkan kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap rumah atau pohon-pohon.  Azab Allah berupa suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat dan bumi yang bergoyang dengan kuatnya menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta secara mengenaskan. 

Era ekonomi modern dengan berbagai kecurangan dan kezaliman telahpun dihantam dengan berbagai krisis mulai krisis finansial, social, akhlak, dan pemanasan global serta bencana Alam. Sistim ekonomi yang rusak tidak akan pernah mendatangkan kesejahteraan lahir dan bathin. Kita di Aceh telah melihat kekuasaan Allah dalam bentuk gempa dan Tsunami yang sangat mengerikan hendaknya menyadarkan kita untuk kembali berekonomi dan mencari nafkah bagi keluarga kita sesuai dengan fitrah manusia dalam koridor tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya setiap pelaku ekonomi baik perorangan, rumah tangga, perusahan, dan pemerintah berperan vital sebagai penggerak perkembangan peradaban dan perekonomian masyarakat.  Maka perlu kepada sistim ekonomi yang bisa memastikan pemberdayakan kaum miskin dan penghargaan kepada orang kaya. Sehingga akan mengokohkan harmonisasi dan persaudaraan ditengah masyarakat. 

Setiap pribadi baik sebagai pekerja, pemilik modal, produsen maupun konsumen memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi bagi perbaikan dalam perekonomian dengan menjauhi penipuan, pemerasan, dan selalu memegang teguh prinsip-prinsip ajaran Islam dalam perekonomian. Setiap unit rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan keluarga hendaknya memastikan rizki yang diperoleh tidak bercampur dengan hak orang lain, dan memenuhi komposisi gizi yang memadai bagi kesehatan. 

Setiap perusahan tidak memproduksi barang yang dapat merusak kesehatan seperti makanan yang mengandung zat kimia (formalin, pewarna dan zat lain yang mebahayakan kesehatan  tubuh manusia) maupun minuman yang memabukkan. Tidak juga memproduksi barang-barang yang dapat mencederai moral  dan etika seperti pakaian ketat.

Pemerintah perlu mengambil peran untuk mengatur perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proporsional, melindungi kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atupun dari Negara lain, dan memberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk menjamin prilaku ekonomi yang selaras dengan ajaran Islam ditengah masyarakat muslim. 

Selanjutnya pemerintah dan seluruh aparaturnya memberikan pelayanan public yang bebas dari pungutan liar dan imbalan illegal yang sudah sangat membudaya dalam birokrasi pemerintahan kita. Sehingga pemerintah punya marwah dan mampu melahirkan kebijakan politik dalam bentuk regulasi kemudian bisa menindak pelaku ekonomi yang curang dan merugikan pihak lain. Menindak orang kaya yang tidak menunaikan hak-hak sosial dari hartanya dan juga menegur fuqara atau orang miskin yang malas dan selalu minta belas kasihan kepada orang lain. Negara juga berperan vital untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam perekonomian dengan menyiapkan struktur dan infratruktur yang dapat memudahkan setiap orang mesarkan hasil produksinya. Seperti penyediaan jalan, jembatan, transportasi untuk membuka akses ekonomi sampai kepelosok.

Pemerintah juga perlu memaksimalkan fungsi baitul-mal sebagai instrument yang dapat memperbaiki kesenjangan ekonomi dalam masyarakat kita. Allah telah menetapkan instrument zakat yang sangat efektif  mendistrubusikan pendapatan khususnya dalam mengurangi kesenjangan pendapatan yang pada akhirnya akan mengurangi kesenjangan sosial. 

Zakat akan menyehatkan dan menguatkan perekonomian. Dengan efek domino kebajikan zakat akan berdampak pada  peningkatan permintaan barang di pasar dengan bertambahnya pendapatan orang miskin. Selanjutnya akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasi, sehingga akan meningkatkan perluasan produksi yang lebih besar dan akan membuka kesempatan kerja lebih luas. Peningkatan konsumsi dan peningkatan investasi akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Itulah keunggulan instrument zakat yang jika dijalankan secara konsisten akan mampu membersihkan dan mensucikan hati manusia dari kerakusan dan kekikiran juga berfungsi untuk menyehatkan sistim sosial dan menstabilkan serta menyehatkan perekonomian.

Singkatnya orientasi hidup yang hanya menumpuk kekayaan material akan melahirkan prilaku bakhil, rakus sehingga menimbulkan kesenjangan sosial yang berimplikasi pada rusaknya tatanan social kemasyarakatan. Sejatinya kita dengan berbagai profesi yang kita lakukan dapat berkontribusi bagi perbaikan nasib bangsa dengan bekerja secara jujur, bertanggung jawab dan berorientasi meraih ridha Allah SWT. Dengan berzakat akan mensucikan harta, mengikis watak rakus serta bakhil dan tentu saja akan menguatkan perekonomian ummat. Wallahu’alam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar