Jumat, 10 Juni 2011

Menghidupkan Tradisi Intelektual

Oleh: Muhammad Dayyan

Barang siapa yang pandai membaca tanda-tanda zaman, maka zaman akan menyelamatkannya. Siapa yang lalai terhadap zaman, maka zaman akan merendahkannya.



DUNIA ini membosankan. Maka perlu inovasi dan kreatifitas. Inovasi, cara baru melakukan sesuatu. Kreatifitas, proses mental dari suatu generasi untuk melahirkan gagasan dan konsep dari kondisi tertentu. Demikian ungkap Dr. Zulkarnaini dalam Workshop peningkatan mutu akademik STAIN ZCK Langsa, beberapa waktu lalu.

Kreativitas, tambahnya, produk dari kecerdasan dan kemauan (niat) untuk melahirkan sesuatu yang baru dan lebih berguna. Bahwa perubahan bergerak cepat. Jika tak mampu diimbangi dengan pengetahuan maka akan tergilas. Nabi saw, berpesan "siapa yang hari ini sama dengan kemarin, maka ia telah merugi. Siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka ia telah celaka, dan siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, itulah orang yang beruntung".


Siapa pun tak terlepas dari hukum perubahan. Mereka yang enggan mengubah diri akan ’ketinggalan zaman‘ dan akan mengalami kemandekan bahkan kemunduran. Dalam satu riwayat, Sayyidina Ali r.a; berkata “Barang siapa yang pandai membaca tanda-tanda zaman, maka zaman akan menyelamatkannya. Siapa yang lalai terhadap zaman, maka zaman akan merendahkannya.” Dalam Alquran (surat Al-’Ashr), Allah berfirman, bahwa manusia akan rugi dalam dimensi waktu jika tidak melakukan perbaikan atas kebenaran dan kesabaran.

Dalam kontek itu, Perguruan Tinggi (PT) yang berdiri atas landasan tradisi keilmuan mutlak harus terus melakukan inovasi dan kreatifitas. Kewajiban PT untuk membangun masyarakatnya. Sebagaimana dikatakan Prof. Dr. Azumardi Azra, perguruan tinggi berkewajiban memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi krusialnya melalui penegakan etik dan keteguhan ilmiah dan intelektual melalui berbagai aktifitasnya.

Insan perguruan tinggi (dosen dan mahasiswa), harus berbicara lantang dan tegas tentang masalah-masalah etik, kebudayaan dan sosial secara independent serta dengan kesadaran penuh tanggungjawab menegakkan otoritas intelektual yang diperlukan masyarakat dalam berefleksi, memahami, dan bertindak. Juga mampu memperkuat fungsi-fungsi kritis dan beroriensi kemasa depan (future oriented) melalui analisis yang berkelanjutan tentang kecenderungan-kecenderungan perubahan dan perkembangan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang sedang tumbuh; dan sekaligus memberikan fokus bagi prediksi, peringatan dan pencegahan. Juga menegakkan kapasitas intelektual dan prestise moralnya untuk membela dan secara aktif menyebarkan nilai-nilai yang telah diterima secara universal, termasuk perdamaian, keadilan, kebebasan, kesetaraan, dan solidaritas.

Dengan kebebasan dan otonomi akademis, lembaga pendidikan tinggi bertanggungjawab sepenuhnya kepada masyarakat dengan memainkan peran dalam membantu mengidentifikasi dan menjawab masalah-masalah yang mempengaruhi kesejahteraan berbagai komunitas, bangsa, dan masyarakat. Di sini mahasiswa sebagai aktor-aktor utama. Mahasiswa menjadi
“pusat” atau “orientasi” dalam seluruh kegiatannya, dan memandang mahasiswa sebagai stakeholder yang penting.

Para dosen adalah orang terikat dengan tradisi ilmiah yang dilandasi keyakinan, pengetahuan harus mampu memberi makna terhadap masyarakat atau bangsa.
“Dosen harus mempertegas komitmennya sebagai insan intelektual untuk terus meningkatkan etos intelektualnya dengan berbagai aktifitas ilmiah melalui pendidikan-pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat,” kata Prof. Hasan Asari. Para dosen yang berkecimpung dalam perguruan tinggi Islam perlu mempelajari tradisi ilmiah Islam klasik, tradisi ilmiah kontemporer dan mengkombinasikan hal-hal positif dari keduanya dan memperbaiki hal-hal yang negatif dari keduanya.

Mempelajari tradisi ilmiah klasik melalui karya-karya Intelektual muslim seperti kitab al-Muwatha
‘ karya Imam Malik, Ar-Risalah Karya Imam Syafi‘i, Kitab Hadis Imam, Bukhari, Muslim dan lain-lain yang bertebaran diberbagai pustaka. Menunjukkan kreatifitas dan tradisi ilmiah yang mereka tunjukkan sebagai keagungan peradaban Islam yang dibangun dengan ilmu pengetahuan. Kita juga tidak bisa menutup mata bagaimana kemajuan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan saat ini dengan tradisi ilmiah kontemporer.

Bagaimana memulainya

Memulai tradisi intelektual itu dengan mengubah kampus sebagai tempat. Pertama, membiasakan membaca sebagai suatu kebutuhan. Baik membaca sesuatu yang teoritis-tertulis maupun membaca kondisi, situasi yang terus berubah, sehingga mampu memberi respon intelektual secara proporsional. Ini penting sebab disinyalir banyak dosen dan mahasiswa yang rendah bahkan tidak lagi memiliki kebiasaan mebaca.

Kedua, membiasakan untuk proaktif terlibat, dan berinisiatif melakukan diskusi dengan apa yang sudah dibaca dari konsep dan kondisi factual sehingga melahirkan gagasan baru.

Ketiga, membiasakan menulis yang merupakan tradisi ilmiah yang sangat penting. Sebab para intelektual dari zaman dulu telah menunjukkan betapa menulis adalah bagian dari menyebarkan dan merawat sumber ilmu pengetahuan bagi genarasi yang akan datang.

Kenyataan, kebanyakan para akademisi alias dosen saat ini, hanya menjalankan salah satu tugasnya saja antara lain mengajar, atau sering tidak mengajar karena sibuk ikut diskusi, seminar, workshop, lokakarya dan lain-lain. Sangat disayangkan menulis sesuatu yang sering diabaikan, karena menganggap tidak mampu, apa yang akan ditulis sudah ditulis orang dan berbagai alasan lainnya. Padahal Allah swt telah menganugerahkan kepada kita potensi yang sama. Yaitu potensi intelektual, emosional dan spiritual untuk dapat dimanfa
atkan dengan mendayagunakannya. Maka dengan tidak mendayagunakan berarti telah mengingkari nikmat dan amanah Allah swt. Khusus bagi dosen, hal itu telah mematikan tradisi ilmiah yang berarti akan memadamkan keagungan peradaban Islam. Wallahualam!

2 komentar:

  1. mantap Kanda... zaman sekarang para manusia sedang dinina bobokkan dengan segala fasilitas dan di dukung dengan era percepatan informasi sehingga apa yg di butuhkan tinggal menanyakan kepada mbah google,, he.. he..

    BalasHapus
  2. sejatinya dengan fasilitas itu semakin produktif intelektual Muslim dalam menghasilkan karyanya...semoga Suhella semakin produktif dan blognya semakin kreatif ya...terimaksih atas kunjungan dan kommennya

    BalasHapus