Kamis, 23 Juni 2011

Kerapuhan Ekonomi

Oleh: Muhammad Dayyan

Kegiatan kita dalam memenuhi kebutuhan hidup cenderung mengedepankan nafsu yang hanya fokus pada peningkatan kepuasan material. Nilai-nilai spritualitas dan etika dalam mencari nafkah cenderung kita abaikan. Tidak heran keserakahan dan brutalitas dalam kehidupan menjadi sesuatu yang lazim kita temui. Penipuan, pemalsuan, pengkhianatan dan ekploitasi pekerja sering menjadi strategi dalam memburu keuntungan. Termasuk menerima imbalan dari masyarakat oleh pegawai pemerintah dalam setiap pelayanan public, lebih-lebih melakukan mark up proyek, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang untuk memperkaya diri dan keluarga.

Rabu, 15 Juni 2011

Lessons learn from Speech’s Prof. Tariq Ramadhan for improving Islamic economics development

Prof. Tariq Ramadhan has made a speech very interesting on renewal and transformation of Islam. In our dynamic economy of today that we try to extract some lessons from his speech that it’s might improve Islamic development.

What is the Islamic Economics?

Islamic Economics had been developing at both theoretical and implementation level since more than a decade ago. We can see vast literatures  on Islamic economics  and many education institution offer Islamic economic and shari’ah finance as eminent program not only in Islamic country but also in the western country. At the implementation level is the establishment of various Islamic financial institutions. Here below we display what is the Islamic economics? 

Senin, 13 Juni 2011

Teori Prilaku Konsumen Dalam Rumus Maqahsidul Syari’ah

Oleh: Muhammad Dayyan

Secara naluriah manusia cendrung serakah dan egois dengan mementingkan kepuasan dirinya dan bersifat boros meskipun kadangkala tetangganya dalam kondisi lapar. Sifat serakah manusia dapat mendorong perbuatan tak terpuji misalnya, penimbunan barang untuk menciptakan kelangkaan sehingga harga melonjak. Jelas ini menyakiti sesama. Untuk mendapatkan emas segudang manusia akan melakukan apa saja untuk memperoleh dua gudang dan begitu seterusnya. Prilaku ini sering menimbulkan pertentangan antar manusia untuk meraih keinginan dan memaksimalkan kepuasannya. Pertentangan tersebut tidak jarang diapresiasikan dalam bentuk kekerasan baik secara fisik maupun psykis bahkan nyawa menjadi taruhannya. Ini bisa kita saksikan dalam dunia bisnis maupun politik demi mendapatkan keuntungan materil kadangkala manusia kehilangan fitrah kemanusiaannya.

Komsumsi Dalam Perspektif Islam

Oleh: Muhammad Dayyan

Konsumsi merupakan aktivitas manusia untuk membeli dan mengkonsumsi barang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kajian ilmu ekonomi konsumsi sebagai salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatnya konsumsi akan terjadi peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa sehingga para produsen akan menambah volume produksi. Namun konsumsi yang melebihi dari kebutuhan atau sudah mengarah pada budaya prilaku konsumtif akan berubah menjadi penyakit serius dalam kehidupan ekonomi maupun sosial bahkan linkungan. 

Syari'at Islam dan Posisi Perempuan


Oleh: Muhammad Dayyan
 
Frekuensi pembicaraan tentang perempuan ramai diperbincangkan setelah Syari’at Islam dideklarasikan pemberlakuannya secara formal di Aceh. Apakah Syari’at Islam sebagai ketentuan Allah yang telah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan sejalan dengan semangat zaman dan kemajuan atau sebaliknya? Baru-baru ini penulis terlibat dalam suatu diskusi informal dengan salah seorang teman di Banda Aceh, ia mengungkapkan kegelesihannya atas sejumlah pertanyaan yang diajukan aktifis perempuan kepadanya bahwa Syari’at Islam sangat diskriminatif, tidak adil terhadap perempuan dan memenjarakannya dalam ranah domestic an-sich. Menghukumnya (cambuk) dengan tidak manusiawi dan sering dijadikan sebagai tumbal dalam melakukan razia? Misalnya kalau kedapatan pasangan meusum perempuan dipandang sebagai sosok yang hina (dengan asumsi bukan perempuan baik-baik) dan boleh diperlakukan kasar (dijamah, dijambak) dan sebagai pihak yang paling bersalah, demikian juga dalam razia menutup aurat perempuan sering jadi sasaran. Dalam hal hukum waris Syari’at Islam juga  mendiskriminasi perempuan dengan menetapkan 1:2 bagian dari pada laki-laki? Dan sejumlah penyataan lain yang bernada menggugat!

Memecah Mitos Globalisasi


Oleh: Muhammad Dayyan

"Kita harus menggugah kembali ummat Islam untuk meningkatkatkan kualitas kemanusiaannya dengan menguasai Ilmu pengetahuan, memperkuat kemandirian ekonomi dan politik sehingga mampu mengambil peran sebagai umat dengan kualitas terbaik dipentas global sebagaimana yang dipesankan dalam Alquran".
Tulisan Sulaiman Tripa ”Globalisasi dan Bayang Masa Depan” (Serambi 17/06/2007) yang memetakan tiga tipelogi orang dalam memandang globalisasi berdasarkan tulisan saya yang berjudul ”Memaknai Globalisasi” (Serambi 15/05/2007). Penjelasan Sulaiman Tripa membuat pikiran Edi Miswar berkecamuk sehingga menulis ”Sengkarut Globalisasi, Capek Deh!”(Serambi 24/06/2007). Memang mendiskusikan Globalisasi melelahkan ketika kita melihatnya sebagai sebuah sistim yang menglobal bak mitos yang tak terpecahkan. Namun mengasyikkan bila kita melihat globalisasi sebagai sebuah panggung seperti yang ditulis oleh Hamdani M. Syam ”Globalisasi atau Imperialisme Budaya” seperti sebuah balon yang bisa digenggam dengan sebelah tangan begitu kecil dan dekat (Serambi 06/05/2007).

Masih adakah HMI?


Oleh: Muhammad Dayyan

”Gerakan HMI semakin memudar, hanya dihitung tapi tidak diperhitungkan” keluh seorang alumni. Ditengah proses rehab-rekon Aceh kader HMI tersedot dalam pusaran materialisme. Daya kritis dan idealisme sebagai energi dan identitas HMI tak mampu lagi menjadi obor perjuangan. Indikatornya HMI kurang respon terhadap berbagai masalah yang berkembang dalam kehidupan. di kampuspun HMI semakin kehilangan perannya. padahal lahan pengabdian HMI ada di kampus dan ditengah masyarakat. Hal ini menegaskan HMI hanya pandai berapologi, tidak bisa melakukan perbuatan nyata. Lemah dalam bidang informasi, publikasi, dokumentasi. Bahkan terkesan  anggota/pengurus HMI tidak memiliki sifat amanah, pamrih dalam berjuang, kurang dilandasi dengan semangat ikhlas. Lalu teman saya bertanya masih adakah HMI? saya berharap kenyataan ini tidaklah benar. 

Reaktualisasi NDP HMI


Oleh : Muhammad Dayyan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta yang di prakarsai oleh Lafran Pane. Kelahirannya didorong oleh kondisi bangsa yang masih dalam ancaman kolonialis Belanda dan rongrongan komunis, serta ummat Islam yang terbelakang. Sejak kelahirannya HMI sangat proaktif terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan penumpasan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pergerakan HMI berlandaskan pada semangat ke-Islaman dan Kebangsaan. Hal ini menjadi doktrin HMI yang dirumuskan dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai ideologi pergerakan HMI. NDP berisi tentang dasar-dasar kepercayaan (Tauhid), kemanusian, ikhtiar-taqdir, kemasyarakatan, keadilan, dan keilmuan sebagai prasyarat menjadi khalifah. Rumusan ini merupakan subtansi ajaran Islam atau formulasi ideal dari iman, ilmu dan amal sebagai spirit dan paradigma kader HMI dalam melakukan aktifitas mewujudkan tujuan HMI. Yaitu mempertahankan kemerdekaan Indonesia, mempertinggi harkat martabat bangsa Indonesia dan menegakkan serta mengembangkan ajaran Islam.

Reaktualisasi Peran HMI


Oleh: Muhammad Dayyan

Tak dapat disangkal peran ummat Islam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia begitu besar. Perlawanan mengusir kaum penjajah dimotori para Ulama dan kaum santri (pelajar).Para Ulama dan Raja yang memegang teguh ajaran Islam tidak pernah berkompromi dengan penjajah meskipun harus meninggalkan kemewahan istana. Islam telah menjadi inspirasi dan ideologi perlawanan yang tangguh dalam melawan dan mengusir kaum penjajah di seluruh nusantara. Sampai akhirnya kemerdekaan Republik Indonesia dideklarasikan pada 17 Agustus 1945 dengan dukungan para ulama dan cendikiawan muslim. Jelas terlihat manakala posisi kemerdekaan yang masih rapuh umat Islam berada digaris depan perlawan mempertahankan kemerdekaan. 

Gerakan Pemilih Cerdas

Oleh Muhammad Dayyan

PEMILIH Cerdas menjadi penyadaran, terutama bagi pemilih pemula untuk menggunakan potensi akalnya secara sadar memutuskan suatu pilihan. Ini dapat menekan kegamangan caleg mana yang pantas dipilih dari sekian ribu yang foto mereka bertebaran di seluruh penjuru mataangin Aceh, baik tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga caleg tingkat pusat.Gerakan yang digagas PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu menjadi penting untuk memperkuat kualitas pemilu 2009, sehingga rakyat tidak seperti membeli “kucing dalam karung”. Di sinilah perlu kecerdasan, terutama pemilih pemula di tengah isu kampanye,dengan menabur kata yang selangit namun tak konkrit. Atau tampang-tampang yang memukau di baliho, namun belum tentu sesuai yang aslinya.

Refleksi Formalisasi Syari’at Islam



Oleh: Muhammad Dayyan & Irwan Adaby

Pembahasan Syari’at Islam hendaknya tidak pernah berhenti. Ibarat mata air yang akan terus mengalir membasuh jiwa manusia yang gersang. Syariat Islam berangkat dari terminology bahasa berarti jalan atau bermakna tempat mengalirnya air atau jalan menuju mata air. Prof. Syahrizal (guru besar hukum Islam IAIN Ar-Raniry) dalam seminar studi komperatif pelaksanaan unsur-unsur Syariat Islam di berbagai negara & relevansinya dengan tata pemerintahan yang ideal pada tanggal 29 Januari 2007, mengemukakan ”makna tersebut punya logika bahwa ajaran Islam itu kebutuhan semua makhluq karena tatanannya bisa mengantarkan orang kepada hidup yang lebih baik. Para ulama mendefinisikan syariat adalah aturan dan tuntunan dari Allah, tuntunan ini mengatur semua aspek kehidupan kita menjadi yang lebih baik dan benar.

Pendidikan "Membunuh" Ala UN


Oleh: Muhammad Dayyan
  
"Kalau pemerintah masih mempertahankan sistim yang hanya menghargai prestasi dengan angka statistik sungguh negeri ini akan mewariskan prilaku yang tidak bisa mensyukuri nikmat Tuhan berupa potensi kemanusiaan".

“Kejam”nya Ujian Nasional tulis Ampuh Devayan (Serambi 18 Juni 2007) telah menguncang bathin kita yang berempati pada nasib pendidikan. Kemudian Farah Dineva Rustam dalam tulisannya “UN, Menguji atau Mengadili? (Serambi Indonesia Selasa 19 Juni 2007) menggambarkan suasana bathinnya dan teman-temannya saat menghadapi UN dan saat melihat hasilnya. Dari kedua tulisan tersebut memotret kegelisahan betapa bangsa ini telah menciptakan dan masih mempertahankan sistim yang secara pelan dan pasti membunuh carakter bangsa dengan sangat purba. Bagaimana tidak, karakter suatu bangsa dibangun melalui sebuah proses pendidikan yang dijalankan dengan rangkaian sistim secara terkoordinir oleh mendiknas, diknas sampai ke lembaga yang menjalankan proses pendidikan (sekolah/madrasah). 

Minggu, 12 Juni 2011

Pemilu Tanpa Panwaslu

Oleh: Muhammad Dayyan

Pemilu 2009 terasa sangat semarak yang dibumbui oleh sejumlah aksi tidak terpuji seperti intimidasi. Tidak heran libido politik para politisi untuk berkuasa bergejolak, sejumlah 1.368 caleg dari 43 partai yang berbasis local dan nasional akan memperebutkan 39 kursi DPR Aceh pada pemilu 2009 (Serambi 21/08/2008 hal.1) belum termasuk ribuan caleg akan bertarung memperebutkan kursi di sejemlah kabupaten/kota di Aceh. Seiring diumumkannya masa kampanye oleh KPU pusat pada hari Sabtu,12 Juli 2008 pukul 00.00 WIB disambut gegap gempita oleh peserta pemilu di seluruh tanah air dengan berbagai ekpresi. Mulai dari deklarasi pemimpin muda sampai iklan tokoh politisi disejumlah media yang bersuara lantang bicara soal rakyat.

Pemilu Dibajak?

Oleh: Muhammad Dayyan


Perbenturan kepentingan mulai terlihat dalam persiapan pemilu 2009. Berbagai persoalan yang mencuat dalam perekrutan, penyeleksian, dan penetapan anggota KIP Kabupaten/Kota menuai protes dan gugatan dari publik di hampir semua kabupaten/kota dalam Propinsi Aceh. Apakah ini indikasi pemilu 2009 telah di bajak di Aceh? Simak saja di media saban hari menyajikan proses perekrutan calon anggota KIP Kabupaten/Kota oleh DPR Kabupaten/Kota penuh dengan intrik.

Memperkuat Kualitas Demokrasi

Oleh: Muhammad Dayyan
Republik Indonesia  sudah berusia 63 tahun dan akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu) yang kesepuluh pada tahun 2009. Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.  diselenggarakan setiap lima tahun yang dimulai dengan pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi serta DPRD Kabupaten/Kota. Kemudian pemilu Presiden dan Wakil Presiden republik Indonesia .

Pendidikan Aceh Gratis?

Oleh: Muhammad Dayyan

Pendidikan gratis hingga akil baliq di Aceh yang digagas oleh kalangan DPR Aceh (Serambi 15/7/2008 hl.1) seharusnya sudah berjalan. Kenyataannya hanya wacana untuk menarik simpati menjelang pemilu 2009. Ini ironi karena pemerintah Aceh sudah cukup mampu untuk segera merealisasikan pendidikan gratis bagi masyarakat. Namun mengapa sampai saat ini elit politik masih terus berwacana ditengah banyaknya anak-anak yang terabaikan hak-haknya untuk mendapatkan pendidikan hanya karena persoalan biaya. Nyatanya pada hari pertama sekolah (Senin14/7/2008) kita masih melihat banyak anak usia sekolah tidak kesekolah sebagaimana teman-temannya yang lain. Mereka jadi gelandangan, mengemis dikota-kota, sebagian lagi ikut membantu orang tuanya mencari nafkah di laut, sawah, lading dan tambak.

Menyoal Tradisi "Uroe Raya"

Oleh: Muhammad Dayyan

UROE RAYA dalam tradisi masyarakat Aceh beragaman bentuk kita temui. Misal, jika di sawah padi tidak ada yang menjaga, maka itu sering disebut uroe raya tulo . Jika sebuah mobil pengangkut buah- buahan terguling maka di situ pun orang sering meuroe raya . Maka tidak heran di hari raya ini pun sering kita melihat pergaulan bebas muda-mudi di pantai dan tempat-tempat hiburan untuk merayakan urou raya dan tidak ada yang melarang dengan alasan sedang hari raya. Beberapa pemuda membuat pesta judi dan pak imam tak sanggup mencegah karena alasan sedang hari raya.

Menyoal Kebisuan KAHMI Aceh (Memperkuat Silaturahmi Kecendikiaan)

Oleh: Muhammad Dayyan


Silaturrahmi Alumni HMI pada buka puasa bersama 10 Ramadhan lalu adalah momentum yang menggugah kebisuan KAHMI. Acara yang diprakarsai oleh alumni “droe keu droe” mengutip istilah Serambi Indonesia (Serambi, 23/09/2007) telah mempertautkan silaturrahim dan menggugah semangat juang yang selama ini terabaikan. Pertemuan tersebut memberi sinyal yang jelas para alumni pada sebuah kerinduan untuk menyatukan kembali potensi yang terserak untuk meneruskan missi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Menakar Nasionalisme Kita


Oleh: Muhammad Dayyan

Dua tahun damai di bumi Aceh adalah kado ulang tahun ke-62 kemerdekaan RI. Peringatannya sendiri masih menjadi ritual yang gemerlap dengan simbol-simbol sebagai indikasi nasionalisme terhadap republik ini. Untuk memperkuat nasionalisme simbolis itu, kadangkala negara sering memberi bumbu yang beraroma kekerasan. Bagi masyarakat Aceh kedua hari bersejarah tersebut memberi harapan terhadap masa depannya yang lebih bermartabat. Sejatinya, rakyat tidak lagi hidup dalam ketakutan, tidak lagi harus mengemis untuk mendapatkan haknya. Lebih dari itu bagaimana mereka benar-benar berdaulat atas jiwa dan di atas tanahnya?

Daftar “Dosa” Rehab-Rekon Aceh

Oleh: Muhammad Dayyan

Tsunami Aceh menghancurkan bangunan dan kehilangan jiwa sekitar 512.000 orang. Bantuan Rp 41,217 triliun pascabencana telah berimbas pada tsunami moral masyarakat. Artinya, orang di Aceh dilanda dua tsunami yang mengakibatkan kehancuran fisik dan kehancuran moral dan infrastruktur sosial masyarakat.

Sabtu, 11 Juni 2011

Paradigma Tauhid

Oleh: Muhammad Dayyan 
“Paradigma Tauhid memiliki implikasi yang jauh dalam aspek sosial dengan menolak taghut(segala sesuatu yang melewati batas) dan mendorong pada tatanan sosial yang egalitarian (persamaan hak dan kewajiban)

ETIKA dan moral makin merosot. Kesenjangan sosial, ekonomi telah melahirkan sejumlah prilaku kriminal. Pertarungan politik merebut kekuasaan sarat tindakan banal yang saling menjatuhkan dan memuji diri (narsisme). Birokrasi masih senang dengan perilaku koruptif, kolutif dan nepotisme yang terdengar dan terbaca di media masa. Kekerasan orangtua terhadap anak, perlakuan guru yang tidak pantas terhadap siswa atau sebaliknya, sikap murid kepada gurunya. Ini merupakan energi negatif yang memicu pada kecenderungan memaksakan kehendak pribadi secara berlebihan yang merendahkan martabat kemanusian.

Jumat, 10 Juni 2011

Menghidupkan Tradisi Intelektual

Oleh: Muhammad Dayyan

Barang siapa yang pandai membaca tanda-tanda zaman, maka zaman akan menyelamatkannya. Siapa yang lalai terhadap zaman, maka zaman akan merendahkannya.



DUNIA ini membosankan. Maka perlu inovasi dan kreatifitas. Inovasi, cara baru melakukan sesuatu. Kreatifitas, proses mental dari suatu generasi untuk melahirkan gagasan dan konsep dari kondisi tertentu. Demikian ungkap Dr. Zulkarnaini dalam Workshop peningkatan mutu akademik STAIN ZCK Langsa, beberapa waktu lalu.

Kreativitas, tambahnya, produk dari kecerdasan dan kemauan (niat) untuk melahirkan sesuatu yang baru dan lebih berguna. Bahwa perubahan bergerak cepat. Jika tak mampu diimbangi dengan pengetahuan maka akan tergilas. Nabi saw, berpesan "siapa yang hari ini sama dengan kemarin, maka ia telah merugi. Siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka ia telah celaka, dan siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, itulah orang yang beruntung".

Kamis, 09 Juni 2011

Revitalisasi Damai


Oleh: Muhammad Dayyan
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri ini  beriman danbertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan Bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-A’raf: 96).
Nanggroe Aceh Darussalam adalah salah satu provinsi yang kekayaan alam melimpah ruah tak ternilai serta ditopang oleh budaya masyarakat yang terkenal religius. Namun kondisi socialnya terus dalam himpitan konflik dengan menyisakan trauma psykis. Begitupun kita selaku masyarakat muslim meyakini dan memandang setiap persoalan ada jalan keluar hingga damai dan bahagia dunia akhirat dapat diraih.

Selasa, 07 Juni 2011

Zakat dan Pemerintahan Bersih

Oleh: Muhammad Dayyan

Tulisan ini ingin mendorong optimalisasi zakat sebagai usaha mewujudkan tata pemerintahan yang bersih. Prinsip bersih antara lain, akuntabel (dapat diminta tanggung jawab), transparan (bisa di akses/lihat oleh semua) dan partisipatif (melibatkan semua pihak yang berkepentingan).

Krisis Ekonomi Global

Oleh: Muhammad Dayyan

EKONOMI global sedang diterpa badai krisis. Episentrumnya di New York, Amerika Serikat (AS). Getarannya dirasakan seluruh jagat. Para ekonom pun panik termasuk di Aceh. Said Musnadi, pakar manajemen keuangan Unsyiah mengingatkan Pemerintah Aceh, efek krisis global itu bisa berdampak sangat buruk bagi pelaksanaan proyek fisik APBA 2008 (Serambi 13/10/2008).
Krisis global akan mengakibatkan harga barang dan suku bunga pinjaman di bank naik 3-5 persen sehingga menjadi beban nagi pengusaha yang mengantungkan pembiayaan pelaksanaan proyeknya melalui pinjaman bank.

Minggu, 05 Juni 2011

Teologi Bisnis

Oleh Muhammad Dayyan


AKTIFITAS kita kehilangan orientasi masa depan (ukhrawi), maka sering terjebak perangkap materialisme. Kita cenderung memburu keuntungan materi dan mencampakkan spiritual. Melakukan seuatu jika ada keuntungan, sehingga pamrih telah melunturkan kebajikan. Semua ini karena kehilangan paradigma teologi.

Sabtu, 04 Juni 2011

Instrumen Ekonomi Syari‘ah

Oleh: Muhammad Dayyan


NANGGROE Aceh Darussalam sudah ditetapkan sebagai daerah yang menerapkan Syari‘at Islam. Melalui UU No. 44 Tahun 1999 Tentang Keistimewaan Aceh dan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh memberi kewenangan kepada Pemerintah Aceh untuk mengatur penyelenggaraan kehidupan masyarakat Aceh yang Islami. Salah satu aspek pelaksanaan Syari‘at Islam adalah dalam bidang ekonomi atau Mu‘amalah. Sejatinya kita jalankan ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai Ilahiyah guna menuntun pada kehidupan ekonomi yang adil dalam mencapai kesejahteraan dunia akhirat.

Tujuan Ekonomi Syari‘ah

Oleh: Muhammad Dayyan




FALSAFAH kapitalisme telah merasuki masyarakat kita, buktinya gaya hidup materialis, konsumtif dan hedonis merebak. Paradigma kapitalis yang sekuler cendrung memisahkan persoalan dunia dengan agama, dengan mudah kita dapati barang yang merusak dan leluasa diperjualbelikan, seperti, minuman keras, psikotropika (narkoba, ganja), barang kadaluarsa, barang palsu dan lain sebagainya . Halal atau haramnya suatu produk tidak lagi menentukan sah tidaknya jual beli. Perlakuan konsumen akan baik jika bermodal besar. Bagi yang miskin silakan minggir. Proses produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa sekedar memenuhi kebutuhan dan keinginan telah memacu laju eksploitasi sumber daya alam secara liar dan serakah.

Dinar Aceh

Prof.Dr.Umar Ibrahim Vadillo

"Artikel Ini di lengkapi dengan diskusi menarik di Facebook dengan penulisnya  "Prof Shabri Menjawab Keraguan  " dibawah ini."
Oleh DR. M. Shabri H. Abd. Majid, M.Ec

DILAHIRKAN pada 1964 di Italia dan memeluk Islam ketika di bangku Kuliah di University of Madrid, Professor Dr. Umar Ibrahim Vadillo dikenal sebagai “Pejuang Dinar”. Sejak dua dekade yang lalu, beliau sangat gencar mempromosikan Dinar (mata uang emas) dan Dirham (mata uang perak) untuk kembali digunakan sebagai mata uang Islam.  Hal ini dituangkan dalam beberapa buku yang ditulisnya, seperti “The Fatwa on Paper Money”, “The Return of the Gold Dinar” and “The Esoteric Deviation in Islam”, yang dipublikasikan oleh Madinah Press.

Jumat, 03 Juni 2011

Membumikan Ekonomi Bersyariat

Oleh: Muhammad Dayyan

Praktik ekonomi masyarakat kita masih mengabaikan prinsip syariat. Sehingga terjebak dalam lingkaran riba. Misal, untuk mendapatkan modal usaha produktif maupun kredit konsumtif kita masih senang dengan bank yang memakai bunga. Kejahatan ekonomi juga masih sering kita jumpai, dalam bentuk penipuan harga, kualitas dan jumlah barang. Kejahatan lainya menciptakan kelangkaan barang kebutuhan pokok masyarakat sehingga mencekik kehidupan kaum miskin dengan melambungnya harga barang/jasa dan minimnya pendapatan. Itu jelas bertentangan dengan syariat (Islam).

Perlu Qanun Anti Maksiat

Oleh: Muhammad Dayyan


Syariat Islam di Aceh masih berkutat pada soal memberantas khalwat, judi, maisir dan menertibkan perempuan tidak berjilbab yang dianggap biang kemunkaran atau maksiat. Semua pun (mulai Ormas sampai lembaga pemerintah) sibuk membicarakan sanksi. Seperti salah satu Ormas Islam yang meminta pemerintahan Irwandi-Nazar untuk menegakkan Syari’at Islam dengan menyerahkan cambuk sebagai bentuk pelaksanaan Syari’at Islam (baca Serambi, 13/02/2007, hal 20).
Mengenai penerapan syariat Islam di Aceh, terkesan umat Islam sendiri mempersempitnya. Ini bahaya karena bisa menggiring umat pada paradigma sekuler yang menganggap Islam hanya beberapa ritual ibadah; selebihnya menghindari ketiga jenis maksiat (khalwat, maisir, judi dan tidak pakai jilbab, red). Padahal Islam sangat luas melampaui samudera yang tak seorang pun bisa mengklaim bahwa dia lebih paham tentang syariat Islam.

Kamis, 02 Juni 2011

Cermin Bening Syari'at Islam (Tanggapan Untuk Mashudi SR)

Oleh Muhammad Dayyan

Membaca opini Mashudi SR (Serambi. 09/01/2008 )- cermin buruk Syariat Islam sebagai catatan enam tahun pelaksanaannya di Aceh––-mengusik batin saya. Seburuk itukah pelaksanaan syariat Islam di Aceh? Menurutnya enam tahun pelaksanaan syariat telah terjebak bahkan menceburkan diri dalam kubangan ibadah mahdhah-fiqhiyah. Sehingga tidak melahirkan kesalehan Tauhid apalagi sosial yang berdampak pada prilaku umat terhadap pembalakan liar hingga pengrusakan lingkungan yang berdampak semakin merosotnya kehidupan dan kesehatan masyarakat. Kepekaan sosial para pemeluk Islam di Aceh makin mengalami erosi yang cukup merisaukan.

Syari'at Islam Kita

Oleh: Muhammad Dayyan


Mengapa syariat Islam sulit diterapkan dan terkesan terus ditentang justru di tengah komunitas muslim? Inilah kesan sekaligus menjadi catatan kecil ketika ikut konfrensi internasional “syariat Islam dan tantangan global” yang berlangsung 20 Juli 2007 lalu di Banda Aceh.

Pelaksanaan syariat Islam di bumi Aceh, serambi mekkah, sejatinya ibarat embun di padang tandus nan memberi harapan bagi tanaman yang kering kerontang. Namun fakta masih mimpi karena syariat terpinggir oleh birokrasi berwajah garang. Kemolekan syariat berubah pucatpasi karena ambisi pemeluknya terutama elit di Aceh. Wajah syariat terbenamkan oleh arogansi politik. Ayunan cambuk bukan menyentuh jiwa yang bebal, ilmu hanya menjadi milik ulama dan cendikia, si miskin terus saja merintih dalam kezaliman, keadilan menjadi barang mahal meskipun pemimpin silih berganti, namun tidak menjadi teladan.

Syari'at Islam Dalam Sorotan (Tanggapan untuk Anton Widyanto)

Oleh: Muhammad Dayyan

Katakanlah, sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku (syariat Islam), sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan sebanyak itu pula (QS; Alkahfi ayat 109).

Membicarakan syariat Islam ibarat berlayar di samudra tak bertepi. Luasnya melampaui semesta yang hanya diketahui oleh sang Pencipta.

Tulisan Anton Widyanto, Simplikasi Syari’
at Islam (Opini Searambi 06/07/2007) yang menilai gagasan saya tentang “Perlunya Qanun Antimaksiat” (opini Serambi, 08/06/2007), banyak kerancuan khususnya dalam persoalan logika hukum. Anton mengkhawatirkan dapat mempersempit dan menodai kekaffahan syariat Islam itu sendiri. Saya sangat apresiatif atas kritikan Anton. Namun, sayangnya tidak memberi gagasan baru atas masalah itu, malah cenderung berceloteh dengan sejumlah pertanyaan.

Syariat Islam Jalan Pencerahan (Menanggapi Kekhawatiran Muhammad Thalal)

Oleh: Muhammad Dayyan

Menarik menyimak tulisan Muhammad Thalal (MT) tentang Pro Kontra Syariat Islam di Aceh--Cacatan untuk Mashudi SR--(Serambi Indonesia 13/2/2006), yang memberi kesan kekhawatiran mendalam terhadap pemikiran pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Kekhawatiran pertama Saudara MT terhadap semakin berkembangnya wacana syariat Islam dengan sudut pandang perbedaan yang menajam dan dikhawatirkan akan lahir sekte Islam baru di Aceh dan berujung pada pertumpahan darah di kalangan ummat. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan sejarah yang menunjukkan banyak korban akibat perbedaan faham dalam agama.

Syari'at Islam Jalan Pembebasan (Tanggapan untuk Mukhlisuddin Ilyas)

Oleh: Muhammad Dayyan
Di tengah derita sebagian masyarakat Aceh yang kini tertimpa musibah banjir, kita sibuk berdebat. Misal, kontroversial tentang Syari‘at Islam menyusul gagasan LSM Yayasan Insan Cita Madani (YICM) yang akan membuat polling syiariat Islam. Oleh Ketua MPU menduga ada missi pendangkalan aqidah di balik kegiatan tersebut, (serambi indonesia 28/12/2006).

Penyataan dari MPU sempat menyulutkan kecaman dari GEMPAR dan BKPRMI Aceh Utara (baca Serambi29/12/2006) yang menambah ketegangan yang seolah-olah ada lembaga yang ingin mengutak atik pelaksannaan Syari‘at Islam di Aceh. Kemudian ini menimbulkan pertanyaan bagi penulis, mungkinkah mereka melakukan polling syari‘at Islam seprti diduga ketua MPU? Benarkah YICM bekerjasama partnership menggalang kekuatan untuk menentang syari‘at Islam? Siapa sesungguhnya yang menentang dan mendustakan Syari‘at?

Rabu, 01 Juni 2011

Mempertegas Arah Kebijakan Pelaksanaan Syari'at Islam di Aceh

Oleh: Muhammad Dayyan


Pendahuluan 

Pelaksanaan syariat Islam di bumi Aceh yang dikenal sebagai ”Serambi Mekkah” ibarat mata air di padang tandus nan memberi harapan bagi tanaman yang kering kerontang. Sejatinya syariat bergelora dalam setiap jiwa sekaligus menjadi inspirasi setiap kebijakan yang ada. Adanya kebijakan pelaksanaan Syaria’at Islam akan membuka jalan menuju pencerahan ummat yang berkeadilan dan kemakmuran materil sekaligus spiritual. Namun fakta syariat seolah ”terpinggirkan” ditengah komunitas pemeluknya. Keindahan Syariat berubah ”muram” karena ambisi pemeluknya terutama elit di Aceh.