Selasa, 23 Agustus 2011

Puasa dan Bekal Taqwa


Oleh Muhammad Dayyan
fadhlijauhari.wordpress.com
MANUSIA selalu membutuhkan bekal dalam hidupnya. Yaitu persediaan atau cadangan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya yang lebih baik di masa depan, misalnya berupa makanan, modal, barang, tenaga, keterampilan, ilmu dan pahala. Persoalannya, kita sering disibukkan untuk mempersiapkan bekal hidup yang bersifat jangka pendek atau untuk bekal dunia saja. Sehingga kita selalu khawatir dalam hidup jika tidak ada tabungan di hari tua, khawatir tidak bisa memenuhi bekal berbuka puasa, khawatir tidak cukup bekal saat lebaran tiba. Kita kurang khawatir dengan persiapan bekal hidup kita yang kedua di alam kubur dan alam akhirat. Tidak heran sebagian kita selalu disibukkan oleh urusan dunia bekerja siang malam untuk mengumpulkan bekal dan lengah dengan kesiapan bekal jangka panjang atau untuk persediaan kehidupan akhirat yang akan kita jalani secara berkekalan.


Sangat disayangkan bulan Ramadhan yang Allah janjikan perbelanjaan akhirat yang serba berlipat ganda masih juga banyak yang mengabaikannya. Terutama di akhir Ramadhan shaf-shaf jamaah shalat sudah mulai berkurang. Nampaknya sibuk mempersiapkan bekal lebaran untuk belanja baju baru, mengganti perabot rumah baru, mobil baru, handphone baru dan lainnya. Para pedagang sibuk mencari keuntungan dunia melayani pembeli yang meningkat tajam.

Tentu menyiapkan bekal untuk masa depan sangat dianjurkan dalam Islam. Tapi moto “hidup hanya sekali” adalah sangat menyesatkan yang berkembang di tengah masyarakat kita. Sehingga sebagian besar hidup kita hanya untuk mengejar dan menikmati kesenangan dunia. Islam mengajarkan kita bahwa hidup tidaklah sekali. Kita masih punya kehidupan kekal di akhirat yang seharusnya mesti kita persiapkan bekal sebaik mungkin guna mendapatkan kemudahan di saat itu.

Perjalanan akhirat yang jauh ini tentu saja membutuhkan bekal yang lebih banyak yang mesti kita persiapkan sebaik mungkin. Jika di dunia kita kekurangan bekal masih ada tempat kita meminta pertolongan sanak famili, sahabat dan atau lembaga keuangan untuk mendapatkan bantuan, pinjaman. Namun kehidupan akhirat tidak ada lagi tempat meminjam, meminta pertolongan masing-masing akan menjalani hidup sesuai dengan bekal yang dipersiapkan selama di dunia.

Maka sebaik-baik bekal ialah Taqwa. sebagaimana Allah berfirman, dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 197, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. Rasulullah SAW Berpesan dalam sabdanya, “Berbekallah kamu dengan sesuatu yang dapat menutupi kehormatan wajahmu dari direndahkan oleh manusia dan sebaik-baiknya bekal ialah ketaqwaan.” (HR Ibnu Abi Hatim). Perbekalan hakiki yang senantiasa langgeng manfaatnya bagi pemiliknya di dunia maupun di akhiratnya adalah bekal ketaqwaan yang merupakan perbekalan menuju negeri tempat menetap abadi. Kalau kita lalai menyiapkan perbekalan ini, maka kita akan terhalang untuk sampai ke negeri orang-orang yang bertaqwa. Negeri tempat menikmati puncak kelezatan dari rahmat Allah yang maha agung yaitu surga jannatun na’im.

Jika kita rela membayar tiap bulan untuk ansuransi jiwa agar di saat meninggal dunia ada biaya untuk mengurus jenazah dan harta yang cukup bagi keluarga yang ditinggalkan, ansuransi pendidikan untuk anak-anak supaya ada yang menanggung masa depan biaya pendidikannya saat kita tak lagi produktif dan jenis ansuransi lainnya yang bertujuan menyiapkan jaminan kesediaan bekal dimasa depan. Sejatinya kita juga harus termotivasi untuk menyiapkan bekal taqwa. Yaitu dengan menginvestasikan harta, tenaga, fikiran untuk bekal akhirat dengan berwakaf, berzakat, bershadaqah, infaq dan lain-lain. Ini penting karena di samping kepentingan bekal kita di akhirat juga untuk mempersempit kesenjangan antara orang kaya dengan miskin yang masih banyak di tengah komunitas muslim.

Puasa Ramadhan bertujuan untuk membentuk pribadi mukmin yang taqwa (muttaqin). Hakikat ketaqwaan adalah menghadirkan keagungan Allah SWT di dalam hati dan merasakan kebesaran serta keagungan-Nya, kemudian merasa takut terhadap murka-Nya dalam artian ingin senantiasa mendekat kepada-Nya dan takut terhadap azab-Nya.

Gelar muttaqin akan diberikan kepada yang paling berprestasi dalam melaksanakan ajaran Islam. Di antara ciri orang yang memiliki bekal takwa menurut beberapa ayat Alquran di antaranya ialah. Pertama, Iman yang kuat sehingga menumbuhkan amal kebajikan yang banyak, amanah dan tepat janji serta memiliki kesabaran. Allah SWT berfirman yang artinya, “akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 177).

Kedua, Adil dalam menyikapi dan memutuskan sesuatu, sebagaimana firman Allah Swt “Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (QS. Al-Maidah ayat 8). Ketiga, sifat pemaaf sebagaimana dinyatakan Allah SWT, “Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 237).

Mari kita jadikan momentum akhir Ramadhan ini sebagai ladang untuk mengumpulkan perbekalan mudik kita ke kampung akhirat. Allah janjikan ganjaran yang berlipat ganda bahkan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (lailatul qadar). Melalui momentum ini kita bisa mengumpulkan bekal yang mencukupi untuk kita tukar dengan tempat yang terbaik di sana.

Semoga kita tidak hanya sibuk menyiapkan perbekalan lebaran sehingga lalai menyiapkan bekal mudik ke kampung akhirat kita yang kekal. Mudah-mudahan seluruh sisa hidup kita, menjadi ajang persiapan mudik ke kampung akhirat. Hanya dengan bekal taqwa kita bisa sampai ke akhir perjalanan hidup dalam keadaan bahagia, ketika bekalnya dibuka dan dipertanyakan di akhir perjalanan, maka hanya bekal taqwalah yang akan menyelamatkan kita. Wallahu’alam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar