Sabtu, 12 Mei 2012

Amalkan Islam Modal Meraih Kegemilangan

Rabu, 28 Maret 2012

Kuala Lumpur, Bertempat di Senat Hall kampus International Islamic University Malaysia (IIUM) event “Aceh Development International Conference (ADIC) 2012” resmi dibuka oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Ir. H. Azwar Abubakar, MM. Acara diselenggarakan Senin, 26 Maret 2012 lalu bertepatan dengan 26 Maret 1873, yang juga bertepatan dengan tanggal sejarah ketika Pemerintah Belanda mengeluarkan ultimatum terhadap Sultan Aceh untuk menyerahkan kedaulatannya kepada Belanda. Ultimatum tersebut menjadi pemicu berkobarnya peperangan besar di Aceh. Karena itu, tanggal 26 Maret sengaja dipilih sebagai hari penyelenggaran ADIC setiap tahun sebagai salah satu upaya mengenang hari tersebut.

Prof. Dr. Dato’ Sri Zaleha Kamaruddin dalam sambutannya mengungkapkan adalah sebuah keistimewaan bagi IIUM dipilih sebagai tuan rumah ADIC ke-3. Beliau yakin IIUM dapat berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia di Aceh. Menurutnya, jumlah mahasiswa IIUM asal Aceh terus meningkat sejak tahun pertama IIUM berdiri. Kampus IIUM memiliki framework yang tidak hanya membekali para mahasiswanya dengan pengetahuan teknis saja tapi juga mendidik dengan nilai-nilai dan spiritualitas selaras dengan framework Aceh yang komitmen pada Islam sebagai the way of life yang komprehensif sejak kedatangan Islam di wilayah Nusantara.
Ir. H. Azwar Abubakar MM yang asli putra Aceh bertindak sebagai keynote speaker selaku Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI menyampaikan sembilan Program percepatan Reformasi Birokrasi yang disarikan dari Grand Disain Reformasi Birokrasi untuk menciptakan Birokrasi Bersih, Kompeten dan Melayani. Lamban dan rumitnya birokrasi yang masih kental aroma kebusukan korupsi telah memperburuk kualitas pembangunan di Aceh.
Keynote speaker lainnya tercatat ada Prof. Dr. Amirul Hadi, MA (Pembantu Rektor bidang Akademik IAIN Ar-Raniry Banda Aceh), Prof. Dr. Sidek Baba (Institute of Education, IIUM), Prof. Drs. Yusni Saby, MA, Ph.D, Prof Madya Dr Noriah Taslim (Fakultas Sastera & Sains Sosial Universiti Brunei Darussalam) dan Assoc. Prof. Dr. Saim Kayadibi (Faculty of Economics and Management Sciences, Department of Economics, IIUM). Kedua panel tersebut dimoderatori oleh dua alumnus IIUM lainnya, Dr. Muhammad Abubakar (Universitas Malikus Saleh-Lhokseumawe) dan M Adli Abdullah, M.CL (University Sains Malaysia).
Prof. Dr. Amirul Hadi, MA yang menyampaikan makalah bertajuk “Aceh in History Preserving Traditions and Embracing Modernity” dalam awal makalahnya mengajukan pertanyaan bagaimana rakyat Aceh berusaha merangkul modernitas dan pada saat yang sama berusaha mempertahankan tradisi mereka. Selanjutnya dia mengungkapkan bahwa Islam dan Aceh adalah bergandengan tangan, Islam adalah dasar kehidupan sosial dan politik rakyat Aceh, Islam adalah elemen pengikat rakyat Aceh. Namun kini rakyat Aceh bangga dengan masa lalu dan tradisinya tapi tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, bernostalgia dengan masa lalu dengan kenangan manisnya tapi tidak mempunyai kesadaran sejarah.

Prof. Dr. Sidek Baba yang menyampaikan makalah berjudul “Developing A Comprehensive Framework for Aceh Educational System” menyatakan bahwa metodologi pengajaran dan pembelajaran harus lebih Islami dan harus adanya integrasi Islamisasi pengetahuan dan pendidikan. Integrasi ilmu pengetahuan dilakukan dengan penanaman etika dan nilai dalam tubuh ilmu pengetahuan, Islamisasi pendidikan dilakukan dengan cara menanamkan Islamic worldview dalam tubuh ilmu pengetahuan dan dalam proses pendidikan dengan menekankan pada adab dan tadib pada akal, jiwa dan tingkah laku.
Assoc. Prof. Dr. Saim Kayadibi, dosen IIUM asal Turki yang pernah mengunjungi Aceh menyampaikan makalah berjudul “A Comprehensive frame work for Aceh Development under the role of Siyasah Shariyyah: A Visionary Aceh Development” menyarankan agar pemerintah Aceh lebih intensif lagi menggandeng kerja sama dengan negara-negara anggota Organisation Islamic Coorperation (OIC) dan Islamic Development Bank (IDB) dalam membangun Aceh.
Di hari kedua, para pemakalah menyampaikan makalahnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta di enam ruangan terpisah berlangsung dari pagi hingga sore hari. Makalah-makalah yang masuk mencakup bidang Budaya dan Pendidikan, HAM dan Politik, Ekonomi, Pemikiran Islam, Teknik, Sejarah, Seni dan Bahasa, Tata Ruang, Lingkungan, Informasi Komunikasi dan Teknologi, Pangan dan Pertanian, Perempuan, Anak dan Keluarga, Kesehatan, Mitigasi Bencana, Manajemen, dan Perikanan.
ADIC 2012 dihadiri 125 orang pemakalah dan 106 orang peserta. Mayoritas dari mereka adalah orang Aceh baik yang tinggal di Aceh, di provinsi-provinsi lain di Indonesia maupun yang tinggal di Malaysia dan negara lain seperti India, Singapura dan Australia. Di antara pemakalah dan peserta juga terdapat warga negara Indonesia dari provinsi selain Aceh baik yang tinggal di Indonesia, Malaysia maupun negara lain. Di antara mereka juga terlihat warga negara asing seperti Malaysia, Iran, Yaman, Arab Saudi, India dan negara lain.
Rekomendasi
ADIC 2012 ditutup dengan menyampaikan beberapa rekomendasi  Pertama, al-Qur’an harus menjadi pilar, sumber dan spirit dalam membangun Aceh; Kedua, Pembangunan yang berdasarkan maqoshid syari'ah harus diimplementasikan di Aceh untuk memanfaatkan sumber daya alam Aceh secara efisien serta mengembangkannya secara ekonomi, sosial dan politik; Ketiga, sistem keuangan Islam dan perbankan Islam harus diimplementasikan di Aceh untuk meningkatkan perkembangan ekonomi dan memberantas kemiskinan. Ini harus diikuti oleh usaha-usaha untuk mendorong dan menciptakan sifat kedermawanan terutama zakat dan wakaf.
Sebagai pamungkas, ceramah penutup disampaikan Tan Sri Datuk Sri Sanusi bin Junid (Presiden Aceh Club Kuala Lumpur). Warga Negara Malaysia keturunan Aceh ini yang telah menyandang banyak jabatan di Malaysia seperti Menteri Pembangunan Negara dan Luar Bandar, Menteri Besar Kedah Darul Aman dan Presiden IIUM ini menyatakan bahwa Aceh bisa mencapai kegemilangan di masa kejayaan karena penguasa dan rakyat Aceh mengambil dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan.
Semoga dengan diselenggarakannya ADIC di Kuala Lumpur ini akan memberikan kontribusi gagasan dan pemikiran baru dan segar dari berbagai kalangan untuk membangun Aceh dan mampu mengantar Indonesia menuju “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”.

Lihat berita terkait:
http://www.hidayatullah.com/read/21921/28/03/2012/sri-datuk-seri-sanusi:-aceh-gemilang-karena-amalkan-islam.html
http://seputaraceh.com/2012/03/28/aceh-development-international-conference-untuk-pembangunan-aceh
http://m.acehcorner.com/2012/03/al-quran-jadi-pilar-dan-semangat-pembangunan-aceh/
http://aceh.tribunnews.com/2012/03/31/aceh-krisis-keteladanan-pemimpin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar