Rabu, 28 Maret 2012
Kuala
Lumpur, Bertempat di Senat Hall kampus International
Islamic University Malaysia (IIUM) event “Aceh Development International
Conference (ADIC) 2012” resmi dibuka oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, Ir. H. Azwar Abubakar, MM. Acara diselenggarakan
Senin, 26 Maret 2012 lalu bertepatan dengan 26 Maret 1873, yang juga bertepatan dengan tanggal
sejarah ketika Pemerintah Belanda mengeluarkan ultimatum terhadap
Sultan Aceh untuk menyerahkan kedaulatannya kepada Belanda. Ultimatum
tersebut menjadi pemicu berkobarnya peperangan besar di Aceh. Karena itu,
tanggal 26 Maret sengaja dipilih sebagai hari penyelenggaran ADIC setiap tahun
sebagai salah satu upaya mengenang hari tersebut.
Prof. Dr. Dato’ Sri Zaleha
Kamaruddin dalam sambutannya mengungkapkan adalah sebuah keistimewaan bagi IIUM
dipilih sebagai tuan rumah ADIC ke-3. Beliau yakin IIUM dapat berkontribusi
pada pembangunan sumber daya manusia di Aceh. Menurutnya, jumlah
mahasiswa IIUM asal Aceh terus meningkat sejak tahun pertama IIUM berdiri. Kampus IIUM memiliki framework yang tidak hanya membekali para mahasiswanya dengan pengetahuan teknis
saja tapi juga mendidik dengan nilai-nilai dan spiritualitas selaras dengan
framework Aceh yang komitmen pada Islam sebagai the way of life yang komprehensif sejak kedatangan Islam di wilayah Nusantara.
Ir. H.
Azwar Abubakar MM yang asli putra Aceh bertindak
sebagai keynote speaker selaku
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI menyampaikan sembilan
Program percepatan Reformasi Birokrasi yang disarikan dari
Grand Disain Reformasi Birokrasi untuk menciptakan Birokrasi Bersih, Kompeten dan Melayani. Lamban dan rumitnya birokrasi yang masih kental
aroma kebusukan korupsi telah memperburuk kualitas pembangunan di Aceh.
Keynote speaker lainnya tercatat ada Prof. Dr.
Amirul Hadi, MA (Pembantu Rektor bidang Akademik IAIN Ar-Raniry Banda Aceh), Prof. Dr. Sidek Baba (Institute
of Education, IIUM), Prof. Drs. Yusni Saby, MA, Ph.D, Prof Madya Dr Noriah
Taslim (Fakultas Sastera & Sains Sosial Universiti Brunei Darussalam) dan
Assoc. Prof. Dr. Saim Kayadibi (Faculty of Economics and Management Sciences,
Department of Economics, IIUM). Kedua panel tersebut dimoderatori oleh dua
alumnus IIUM lainnya, Dr. Muhammad Abubakar (Universitas Malikus Saleh-Lhokseumawe)
dan M Adli Abdullah, M.CL (University Sains Malaysia).
Prof. Dr. Amirul Hadi, MA yang menyampaikan
makalah bertajuk “Aceh in History Preserving Traditions and Embracing
Modernity” dalam awal makalahnya mengajukan pertanyaan bagaimana rakyat Aceh
berusaha merangkul modernitas dan pada saat yang sama berusaha mempertahankan
tradisi mereka. Selanjutnya dia mengungkapkan bahwa Islam dan Aceh adalah bergandengan
tangan, Islam adalah dasar kehidupan sosial dan politik rakyat Aceh, Islam
adalah elemen pengikat rakyat Aceh. Namun kini rakyat Aceh bangga dengan masa lalu
dan tradisinya tapi tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu, bernostalgia
dengan masa lalu dengan kenangan manisnya tapi tidak mempunyai kesadaran
sejarah.
Prof. Dr. Sidek Baba yang menyampaikan makalah
berjudul “Developing A Comprehensive Framework for Aceh Educational System”
menyatakan bahwa metodologi pengajaran dan pembelajaran harus lebih Islami dan
harus adanya integrasi Islamisasi pengetahuan dan pendidikan. Integrasi ilmu
pengetahuan dilakukan dengan penanaman etika dan nilai dalam tubuh ilmu
pengetahuan, Islamisasi pendidikan dilakukan dengan cara menanamkan Islamic
worldview dalam tubuh ilmu pengetahuan dan dalam proses pendidikan dengan
menekankan pada adab dan ta’dib pada akal, jiwa dan tingkah laku.
Assoc. Prof. Dr. Saim Kayadibi, dosen IIUM
asal Turki yang pernah mengunjungi Aceh menyampaikan makalah berjudul “A
Comprehensive frame work for Aceh Development under the role of Siyasah
Shariyyah: A Visionary Aceh Development” menyarankan agar pemerintah Aceh lebih
intensif lagi menggandeng kerja sama dengan negara-negara anggota Organisation
Islamic Coorperation (OIC) dan Islamic Development Bank (IDB) dalam membangun
Aceh.
Di hari kedua, para pemakalah menyampaikan
makalahnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta di enam ruangan
terpisah berlangsung dari pagi hingga sore hari. Makalah-makalah yang masuk
mencakup bidang Budaya dan Pendidikan, HAM dan Politik, Ekonomi, Pemikiran
Islam, Teknik, Sejarah, Seni dan Bahasa, Tata Ruang, Lingkungan, Informasi
Komunikasi dan Teknologi, Pangan dan Pertanian, Perempuan, Anak dan Keluarga,
Kesehatan, Mitigasi Bencana, Manajemen, dan Perikanan.
ADIC 2012 dihadiri 125 orang pemakalah dan 106
orang peserta. Mayoritas dari mereka adalah orang Aceh baik yang tinggal di
Aceh, di provinsi-provinsi lain di Indonesia maupun yang tinggal di Malaysia
dan negara lain seperti India, Singapura dan Australia. Di antara pemakalah dan
peserta juga terdapat warga negara Indonesia dari provinsi selain Aceh baik yang
tinggal di Indonesia, Malaysia maupun negara lain. Di antara mereka juga
terlihat warga negara asing seperti Malaysia, Iran, Yaman, Arab Saudi, India dan negara lain.
Rekomendasi
ADIC 2012 ditutup dengan menyampaikan beberapa rekomendasi Pertama, al-Qur’an harus
menjadi pilar, sumber dan spirit dalam membangun Aceh; Kedua, Pembangunan yang
berdasarkan maqoshid syari'ah harus diimplementasikan di Aceh untuk
memanfaatkan sumber daya alam Aceh secara efisien serta
mengembangkannya secara ekonomi, sosial dan politik; Ketiga, sistem keuangan
Islam dan perbankan Islam harus diimplementasikan di Aceh untuk meningkatkan
perkembangan ekonomi dan memberantas kemiskinan. Ini harus diikuti oleh usaha-usaha
untuk mendorong dan menciptakan sifat kedermawanan terutama zakat dan wakaf.
Sebagai pamungkas, ceramah penutup disampaikan
Tan Sri Datuk Sri Sanusi bin Junid (Presiden Aceh Club Kuala Lumpur). Warga Negara
Malaysia keturunan Aceh ini yang telah menyandang banyak jabatan di Malaysia
seperti Menteri Pembangunan Negara dan Luar Bandar, Menteri Besar Kedah Darul
Aman dan Presiden IIUM ini menyatakan bahwa Aceh bisa mencapai kegemilangan di
masa kejayaan karena penguasa dan rakyat Aceh mengambil dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan.
Semoga dengan diselenggarakannya ADIC di Kuala
Lumpur ini akan memberikan
kontribusi gagasan dan pemikiran baru dan segar dari
berbagai kalangan untuk
membangun Aceh dan mampu mengantar Indonesia menuju
“baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”.
Lihat berita terkait:
http://www.hidayatullah.com/read/21921/28/03/2012/sri-datuk-seri-sanusi:-aceh-gemilang-karena-amalkan-islam.html
http://seputaraceh.com/2012/03/28/aceh-development-international-conference-untuk-pembangunan-aceh
http://m.acehcorner.com/2012/03/al-quran-jadi-pilar-dan-semangat-pembangunan-aceh/
http://aceh.tribunnews.com/2012/03/31/aceh-krisis-keteladanan-pemimpin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar