Minggu lalu 7-11 Juli 2012 saya dan keluarga berkesempatan
mengunjungi kota Kuala Terengganu yang terletak di pantai timur semenanjung Malaysia.
Dengan menumpang bus dari Kuala Lumpur pada pukul 10.30 pagi sampai ketujuan
pukul 05.30 sore atau sekitar tujuh jam mampu menembus 455 km, ini karena infrastruktur
jalannya cukup bagus. Negeri Terengganu yang bergelar “Darul Iman’ saat ini dipimpin oleh menteri Besar
(setingkat dengan Gubernur) Dato' Ahmad bin Said dan Sultan Mizan Zainal Abidin ibni Al Marhum
Sultan Mahmud Al Muktafi Billah Shah.
Tujuan utama kunjungan kami adalah untuk menghadiri even Universiti
Malaysia Terengganu 11th International Annual Symposium on Sustainability
Science and Management (UMTAS 2012) yang berlangsung dari tanggal 9 s/d 11 Juli 2012 di Hotel Ri-Yaz Heritage Marina Resort & Spa. Dalam even ini saya mempresentasikan sebuah
makalah yang berjudul “Resource Management:
Fragmentation of Land Ownership and Its Impact on Sustainability of Agriculture”.
Event akademik tersebut dihadiri para peneliti dari berbagai Negara
seperti Yaman, Singapore, Iran, Brunai Darussalam, Indonesia, Srilangka,
Bangladesh, Afrika, dan lain-lain.
Hal menarik dari perjalan saya kali ini
adalah berkesempatan mengajak keluarga untuk berkunjung ke Taman Tamadun Islam
di pulau Wan Man. Dengan mengocek satu ringgit perorang kami menumpang bus yang
unik berbentuk rumah kayu yang merupakan satu-satunya bus yang beroperasi dalam
kota Kuala Terengganu. Dalam waktu setengah jam dari pusat Bandar kami sudah
sampai ke Taman yang dibangun pada tahun 2005 dan mulai beroperasi pada tahun
2008 untuk memperlihatkan keagungan peradaban Islam diseluruh dunia.
Gambaran keangungan
Islam yang dimulai dari komunitas kecil ditengah-tengah gurun Arab nampak jelas
dari pengaruhnya membentuk peradaban dunia dalam masa setengah abad setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW mulai dari Afrika hingga Eropa dan dari India hingga
ke Cina. Sebanyak 32 buah replica munumen Islam menjelaskan kehebatan peradabannya
yang agung. Ajaranya mampu membentuk sebuah masyarakat yang komplek dengan
berbagai latar belakang etnik telah disatukan oleh satu kepercayaan yang sama
yang dikuatkan dengan rangkaian ribuan mesjid diseluruh dunia.
Taman ini dibangun untuk menjadi tempat pariwisata pendidikan bagi
masyarakat Islam di Asia dan dunia yang tidak sempat mengunjungi seluruh negara.
Mulai dari Mesjid nasional Malaysia,
Mesjid sunan kudus Indonesia, Pattani Central Mosque, Sultan Omar Ali
Saifuddin, Brunei, Taj Mahal India, Badshashi Pakistan, Baitul Maqdis Palestin,
Great Mosque of Samarra Iraq, Mesjid Iran, Afghanistan, Masjidil haram,
Madinah, Aleppo Syria, Mesir, Turkey, Tunissia, Alhamra Spanyol, Usbekistan,
Negeria, Russia, China, dan Singapore.
Meskipun proyek pembangunan tempat ini pada awalnya terkesan
memhamburkan uang jutaan ringgit Malaysia, namun kini menjadi mesin menarik
uang dari para pengunjung dari berbagai daerah Malaysia dan manca Negara. Tiket
masuk sebesar RM15/perorang untuk dewasa dan anak-anak serta orang tua (senior
citizen) hanya RM8/orang. Kemudia akan mendapatkan voucher souvenir dan makanan
masing-masing RM4 jadi kalau dihitung tiket masuk hanya sebesar RM7/orang. Selain
tiket kita akan diberikan passport masuk yang di stempel saat masuk dan keluar
seperti kita keluar negeri. Tempat ini menjadi sangat bermanfa’at bagi generasi
muda Islam untuk belajar mengenal peradaban Islam yang agung, maka tidak heran
saat liburan tiba sangat banyak sekolah yang membawa pelajarnya ketempat ini
untuk rekreasi sekaligus belajar. Selain menikmati miniature peradaban dunia
Islam juga tersedia boat mengelingi pulau Doyung yang berhampiran dengan pulau
wan man tersebut. Informasi lebih detail bisa mengunjungi http://www.tti.com.my/monument-park-river-cruise.
Aceh sebagai serambi Mekkah selayaknya memiliki
tempat parawisata yang tidak hanya sebagai tempat bersantai namun juga menjadi
tempat belajar tentang keagungan peradaban Islam Aceh dan dunia. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar